PERBEDAAN PANDANGAN ANTARA GOLONGAN TUA DENGAN GOLONGAN MUDA DALAM PROSES PROKLAMASI

Perbedaan Pandangan antara Golongan Tua dengan Golongan Muda dalam Proses Proklamasi
JendelaKu - Halo para sahabat JendelaKu, pada kesempatan kali ini Admin akan memberikan suatu artikel yang berjudul Perbedaan Pandangan antara Golongan Tua dengan Golongan Muda dalam Proses Proklamasi. Langsung saja kita simak artikelnya.

Perbedaan Pandangan antara Golongan Tua dengan Golongan Muda dalam Proses Proklamasi
 
Berita kekalahan Jepang dalam Perang Asia Timur Raya kepada Sekutu, terdengar oleh rakyat Indonesia, khususnya para pemuda melalui radio yang tidak disegel oleh Pemerintah Jepang. Sutan Syahrir merupakan tokoh pertama yang mendengar berita kekalahan Jepang dari siaran radio Amerika, kemudian Syahrir menyampaikan berita kekalahan tersebut kepada Hatta yang meneruskan berita kekalahan tersebut kepada Soekarno.

Drs. Moh. Hatta dan Soekarno ingin kepastian tentang penyerahan Jepang tersebut. Mereka menanyakan kebenaran berita tersebut kepada Laksamana Muda Maeda. Maeda menjawab bahwa "Amerika memang sudah menyiarkan berita itu, tetapi pengumuman resmi dari Tokyo belum ada". Berdasarkan jawaban Laksamana Muda Maeda, Moh. Hatta yakin Jepang sudah kalah dan perang sudah berakhir.

Tanggal 15 Agustus 1945 sore harinya, Subadio Sastroatmodjo dan Subianto menemui Moh. Hatta untuk memintai agar Moh. Hatta mencegah PPKI mengumumkan kemerdekaan dengan alasannya kalau PPKI yang mengumumkan kemerdekaan berarti kemerdekaan itu hadiah dari Jepang. Kelompok pemuda tidak menyetujui pendapat kelompok tua mengenai kemerdekaan karena mereka menghendaki kemerdekaan Indonesia harus diperoleh dengan kekuatan sendiri. Mereka menolak kemerdekaan merupakan pemberian dari Jepang.

Tanggal 15 Agustus 1945 malam harinya, gerakan para pemuda mengadakan rapat di ruang Lembaga Bakteriologi di Pegangsaan Timur Jakarta pukul 20.00, dipimpin Chaerul Saleh. Rapat tersebut mengambil keputusan sebagai berikut.
  • Kemerdekaan Indonesia adalah hak dan persoalan bangasa Indonesia sendiri yang tidak dapat digantungkan pada orang atau bangsa lain sehingga proklamasi harus dilaksanakan oleh bangsa Indonesia di luar PPKI yang merupakan badan buatan Jepang.
  • Proklamasi harus dilaksanakan secepatnya agar tidak didahului kedatangan Sekutu untuk mengambil alih kekuasaan.

Selesai rapat, mereka mengirimkan utusan (Darwis dan Wikana) untuk menghadap Soekarno dan menyampaikan hasil tersebut. Sementara itu, golongan tua, di antaranya Ahmad Soebardjo sedang sibuk menyiapkan naskah proklamasi kemerdekaan. Naskah itu akan dibagikan esok harinya (16 Agustus 1945) kepada anggota PPKI untuk dimintakan pendapat.

Ahmad Soebardjo mengajak Moh. Hatta ke rumah Ir. Soekarno yang sudah banyak para pemuda. Mereka mendesak Soekarno agar segera untuk mengumumkan kemerdekaan bangsa Indonesia malam itu juga. Akan tetapi, Ir. Soekarno menolak sehingga terjadi perdebatan yang menegangkan.

Sikap Soekarno-Hatta dan tokoh-tokoh dari golongan tua didasarkan pada pertimbangan sebagai berikut.
  1. Walaupun Jepang sudah kalah tapi secara de facto masih berkuasa. Pasukan Jepang yang berada di Indonesia masih dalam keadaan utuh dan selalu siap menjalankan perintah Sekutu untuk menjaga status quo atas Indonesia, karena hal tersebut dikhawatirkan akan menimbulkan pertumpahan darah dengan memakan banyak korban. Padahal musuh bangsa Indonesia pada saat itu bukanlah Jepang, melainkan bangsa Belanda yang akan datang setelah Jepang menyerah. Hal ini akan sangat merugikan bangsa Indonesia.
  2. Proklamasi kemerdekaan Indonesia merupakan peristiwa yang penting dan mempunyai makna yang bersejarah bagi bangsa Indonesia, sehingga proklamasi kemerdekaan harus dipersiapkan secara matang dan dibahas dalam rapat PPKI yang merupakan lembaga perwakilan bangsa Indonesia. Bagi para golongan tua, proklamasi kemerdekaan Indonesia merupakan pemberian Jepang atau tidak, itu bukan masalah yang penting. Permasalahannya bagaimana cara menghadapi Sekutu yang akan datang dan berusaha untuk menguasai Indonesia. Adapun perbedaan pendapat antara golongan tua dan muda tersebut, yaitu sebagai berikut.
  • Golongan tua. Terdiri: Ir. Soekarno, Moh. Hatta, dan Ahmad Soebardjo. Pendapat: Proklamasi harus direncanakan sematang mungkin kemudian dibicarakan dalam rapat PPKI tanggal 16 Agustus 1945.
  • Gologan muda. Terdiri: Chaerul Saleh, Wikana, Darwis, Sukarni, Yusuf Kunto, Syodanco Singgih, dan Dr. Muwardi. Pendapat: Proklamasi harus segera dilaksanakan secepatnya, sebab jika tidak dilaksanakan secara cepat Sekutu akan segera datang dan mengambil alih kekuasaan Jepang di Indonesia.

Mereka tidak berani untuk mengumumkan kemerdekaan tanpa persetujuan Bung Karno dan Bung Hatta. Mereka menginginkan Soekarno dan Hatta bertindak cepat dalam memanfaatkan situasi vacuum of power tersebut, sehingga proklamasi dilaksanakan tanpa campur tangan Jepang. Akan tetapi, perbedaan pendapat antara golongan tua dan golongan muda tersebut tidak dapat mencapai titik temu, sehingga golongan pemuda (Kelompok Menteng 31) memutuskan untuk membawa Soekarno-Hatta ke Garnisun PETA yang ada di Rengasdengklok. Dibawanya Ir. Soekarno dan Moh. Hatta ke Rengasdengklok merupakan salah satu bentuk tekanan dari golongan muda terhadap golongan tua pada waktu itu.

- Terima Kasih Telah Berkunjung -

Daftar Pustaka:
  • RahmawatiElok, dkk. 2015. Ilmu Pengetahuan Sosial untuk SMP/MTs Kelas VIII Semester 2. Depok: Arya Duta.

Popular posts from this blog

Flash LG G PRO LITE (LG D686) Using LG Flashtool KDZ

Solusi Terkunci Akun Xiaomi Redmi 2 100%

Update Mod Bus JETLINER MT v2 ETS2